Selasa, 04 April 2017

Timeline Sejarah Bangsa Ibrani Di Tanah Israel

Jejak Bangsa Israel & Kanaan Paling Awal

1805/1710-1650 SM : Masa pemerintahan bangsa Hyksos, dipercaya mereka berasal dari Kanaan

1550-1525 SM : Masa Firaun Ahmose I, mengusir bangsa Hyksos dari Mesir, dan menaklukkan wilayah Kanaan, merebut kota Sharuhen dekat Gaza, dan Kedem dekat Byblos (sekarang Libanon).

1506-1493 SM : Masa Firaun Thutmose I, kampanye militer ke Kanaan hingga Karkemis, Kadesh dan Damaskus.

1481-1425 SM : Masa Firaun Thutmose III, Memerangi bangsa Mittani hingga menyebrangi sungai Efrat (batas terjauh Mesir), terkenal juga pada peperangan di Meggido melawan raja Kadesh.

1350-1330 SM : Periode Tablet Amarna : Kanaan berada dalam kekuasaan Mesir - raja AKhenaten (Amenhotep III). Pada masa ini

1279-1213 SM : Masa Firaun Ramses II, Kampanye militer ke Kanaan menyerang Yerusalem, Jericho, Moab, Edom. Mengadakan perjanjian damai dengan bangsa Hittite/Hatti setelah peperangan di Kadesh.

1208 SM : Masa Firaun Mernetah (1213-1203 sm) & Prasastinya yang menyebut tetang kampanye militer ke Kanaan. Menyerang Hatti, Ashkelon, Gezer, Yanoam, Harru, Israel.
1209 SM

Nama Israel pertama kali muncul dalam prasasti Mesir Merneptah, yang diprediksi berasal dari tahun 1209 SM: "Israel dibiarkan gersang dan benihnya dimusnahkan". Israel dalam prasasti itu bukanlah sebuah negara terorganisasi, namun sebuah sekelompok etnis kebudayaan. Wilayah Israel ini adalah sebuah desa dengan populasi 300-400 jiwa, dan hidup dengan bertani atau menggembala.

1186-1155 SM : Masa Firaun Ramses III, mengalahkan "Sea People" dan mendesak mereka menetap di daerah pantai Kanaan, mereka adalah cikal bakal bangsa Filistin, juga menyerang Edom.

Periode Israel dan Yehuda.

1050-970 SM.

Berdasarkan catatan arkeologi, kerajaan Israel dan Yehuda pertamakali muncul pada Periode Zaman Besi I (1200-1000 SM) setelah kehancuran negara kota Kanaan pada Periode Zaman Perunggu, kemunculan ini bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru seperti Edom, Moab, Aram, Filistin dan Phoenician. Catatan paling awal dalam bahasa Ibrani yang menunjukkan pemukiman Israel kuno di Benteng Elah, dan berasal dari tahun 1050-970 SM.

925 SM
Firaun Shoshenq I : Kampanye militer ke Kanaan. (Masa pemerintahan Raja Yehuda Rehabeam 930-913 sm, tercatat dalam Alkitab, pasukan Mesir menjarah Bait Allah)


854 SM.
Aliansi antara kerajaan Israel dibawah pemerintahan raja Ahab yang beraliansi dengan raja Ben Hadad II, dari Aram berhasil memaksa mundur serangan raja Salmanesser III, dari Ashur, pada perang Qarqar.

841 SM.
Prasasti Tel Dan menceritakan tentang kematian seorang raja Israel, kemungkinan adalah raja Yoram, di tangan raja Aram.

722 SM.
Sejak pertengahan abad ke-8 SM, kerajaan Israel semakin sering terlibat konflik dengan kerajaan Ashur yang aggresif mengembangkan wilayahnya. raja Ashur, Tiglath-Pileser III, berhasil menghancurkan Samaria pada tahun 722 SM. Baik sumber Ashur maupun Alkitab mencatat adanya deportasi penduduk kerajaan utara Israel, ke wilayah Ashur, dan membawa orang dari wilayah Mesopotamia untuk menetap di Israel. Peristiwa ini menandai masa hilangnya 10 suku Israel. Dan orang Samaria mengklaim sebagai keturunan Israel yang selamat dari deportasi bangsa Ashur.

716-687 SM.
Pada masa pemerintahan raja Hizkiah di Yehuda (716-687 SM), raja Sanherib dari Ashur mencoba untuk menaklukkan Yehuda, walau berhasil menghancurkan 46 kota berbenteng Yehuda, ia tidak berhasil menaklukkan Yerusalem. Namun berhasil menarik upeti dari Yehuda.

Pengasingan ke Babel.

612 SM.
Kekaisaran Ashur dimusnahkan pada tahun 612 SM oleh koalisi bangsa Medes, Schtyan dan Neo-Babilon.

586 SM.
Raja Nebuchadnezzar II dari Babel menaklukkan Yehuda. Menurut Alkitab ia menghancurkan Bait Allah dan menawan kelompok elit bangsa Yehuda ke Babel, kekalahan ini juga tercatat dalam naskah Kronologi Babel.

Yehuda pada zaman Babel mengalami kemunduran secara ekonomi dan populasi. Kota-kota seperti Negev, Hebron ditinggalkan karena gangguan dari bangsa Edom. Walau Yerusalem, tetap dihuni namun penduduknya sangat sedikit, dan kota Mizpah di wilayah Benyamin yang relatif utuh menjadi ibu kota dari provinsi Yehuda. Ini adalah praktek standar bangsa Babel, pada tahun 604 SM, bangsa Filistin diinvasi, dan ibu kota mereka Ashkalon dihancurkan, dan administrasinya dipindahkan ke daerah lain, demikian pula kaum elitnya dipindahkan.

Penaklukan Babel menandakan kehancuran Yerusalem dan Bait Allah, dan yang paling menjadi korban atas kejadian ini adalah ideologi Zion, yang mempercayai jika Yahweh, Allah bangsa Israel, telah memilih Yerusalem sebagai kediaman-Nya dan keturunan Daud akan memerintah disana selamanya. Hal ini memaksa para imam, ahli agama dan para nabi merumuskan konsep baru bagi komunitas mereka, pemikiran mereka tertuang dalam naskah-naskah Alkitab.

Periode Persia (538-332 SM)

Pada tahun 538, Cyrus Agung raja Persia menaklukkan Neo-Babel. Menurut Alkitab orang-orang Yehuda dipimpin oleh Zerubabel kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Allah, dan dipercaya selesai pada tahun 515 SM.

Kelompok ke-2 dipimpin oleh Ezra dan Nehemiah pada tahun 456 SM. Pada pertengahan abad ke-5 SM, Yehuda menjadi theokrasi, dan dipimpin oleh keturunan Imam Besar beserta gubernur yang diangkat oleh kaisar. Berdasarkan Alkitab, Ezra dan Nehemiah didukung oleh kaisar untuk menerapkan hukum Taurat bagi Yehuda, serta terdapat konflik antara orang-orang Yehuda yang dahulu tertawan yang  kembali dengan Yehuda yang tidak ikut terbuang (mereka kemudian disebut sebagi penduduk negeri dalam Alkitab). Hal ini disebabkan konsep eksklusifitas yang dikembangkan di Babel oleh orang elit Yehuda yang terbuang.

Periode Hellenistik dan Hasmonean (332-64 SM)

Pada tahun 332 SM, kekaisaran Persia dikalahkan oleh raja Macedonia, Alexander Agung. Setelah kematiannya pada tahun 322 SM, para jendralnya membagi kekaisaran diantara mereka, Yehuda berada diperbatasan antara dinasti Seleukus di Suriah dan Ptolemaic di Mesir, namun pada tahun 198 SM wilayah Yehuda dimasukkan kedalam kerajaan Seleucus.

Konflik mulai terjadi antara kelompok Yahudi yang menerima Hellenisasi dan konservatif, akibat dukungan raja Seleucus, Antiochus IV Epiphanes yang mendukung kelompok hellenistik Yahudi, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Yudas Makabe pada tahun (174-135 SM), kemenangan ini disertai pembersihan Bait Allah dari unsur pagan, dirayakan dengan festival Hanukkah, yang dikisahkan dalam kitab Makabe. Setelah pengusiran tentara Seleukus dari Yehuda mereka mendirikan dinasti Hasmonean.

Kemenangan pemberontak Makabe atas Seleucus menandai akhir dari dinasti ini, dan peningkatan pengaruh Republik Romawi serta Kekaisaran Parthia. Kerajaan Hasmonean diperintah oleh raja yang merangkap Imam Besar, dan kelompok keagamaan Yahudi terbagi dalam kelompok Farisi, Saduki, Essenes. Sebagai bentuk dari perlawanan atas peradaban Hellenistik orang-orang Farisi, mendirikaan institusi pendidikan keagamaan dan program melek huruf dilingkungan synagog. Sistem hukum dipimpin oleh Sanhedrin, yang pemimpinnya dikenal sebagai Nasi. Otoritas keagamaan milik Nasi secara perlahan-lahan digerogoti oleh Imam Besar Bait Allah (dibawah pemerintahan dinasti Hasmonean, mereka juga adalah raja).

Pada tahun 125 SM, raja Hasmonean, John Hyrcanus menaklukkan Edom, dan memaksa penduduknya menganut Yudaisme.

Setelah pertarungan diantara penerus Hasmonean, Hyrcanus II dan Aristobulus II, Romawi mulai menguasai Yehuda pada tahun 64 SM.

Periode Romawi (64 SM - 324 M).

Pada tahun 63 SM, dibawah kepemimpinan jenderal Romawi, Pompey, Yerusalem ditaklukkan dan kerajaan Ibrani menjadi milik Romawi. Namun situasi ini tidak berlangsung lama, pada tahun 48 SM Pompey wafat, di ikuti oleh Julius Caesara pada tahun 44 SM, hal ini diikuti dengan perang sipil di Roma, cengraman Romawi melemah di Yehuda.

Pada tahun 40 SM, melihat melemahnya Romawi, Antigonus keturunan Hasmonean, beraliansi dengan kekaisaran Parthia, mengalahkan kekuatan Yahudi yang pro-Romawi yang dipimpin oleh Imam Besar Hyrcanus II, Phasael dan Herodes I (Agung) . Mereka berhasil mengusir Romawi dan Antigonus mengklaim sebagai raja Yudea. Herodes I melarikan diri ke Roma dan disana ia diangkat menjadi "raja bagi atas orang Yahudi," oleh senat Romawi dan diberi tugas untuk merebut kembali Yehuda.

Pada tahun 37 SM, Herodes I di dukung oleh Romawi merebut Yehuda, kebangkitan sesaat Hasmonean, musnah untuk selamanya. Herodes dan keturunannya berkuasa hingga tahun 6 M. Pada tahun 20 SM, Herodes merenovasi dan memperluas Bait Allah di Yerusalem. Anaknya Herodes Antipas, mendirikan kota Tiberias di Galilea.

Pada tahun 6 M, Yehuda berada dalam kontrol langsung Romawi, dan dipimpin oleh administrator di Caesarea Maritima (ibu kota provinsi Yehuda). Penguasa Romawi memimpin dengan tangan besi terhadap rakyat Yehuda, Galilea dan Samaritan. Pada masa ini, Rabbinikal Yudaisme dipimpin oleh Hilel, ia sangat disegangi oleh para imam di Bait Allah.

Pada tahun 66 M, orang-orang Yahudi di Yehuda (kelompok Zealot dan Sicarii) memberontak terhadap penguasa Romawi, dan mendeklarasikan kerajaan Israel. Namun Yerusalem dikepung pada tahun 69-70 M, dan perlawanan mereka berakhir di benteng Masada pada tahun 72-73 M. Pemberontakan ini terjadi pada masa kaisar Vesparian, dan ditumpas oleh Titus bersama Tiberius Julius Alexander. Orang Romawi menghancurkan Bait Allah di Yerusalem. Josephus menulis 1,100,000 orang Yahudi tewas pada pemberontakan ini.

Pada masa ini pula terjadi pemisahan antara Kristen awal dan Yudaisme. Kelompok Farisi dibawah pimpinan Yochanan ben Zakai, membuat perjanjian damai dengan Romawi dan mereka selamat. Orang-orang Yahudi dapat terus hidup di tanah Israel dalam jumlah yang signifikan, dan diizinkan untuk menjalankan agama mereka, di estimasi 2/3 populasi Galilea dan 1/3 wilayah pantai adalah orang Yahudi.

Pada tahun 115-117 M, terjadi pemberontakan "Perang Kitos".

Pada tahun 132-136 M, Simon Bark Kokhba memimpin pemberontakan, namun berhasil ditumpas oleh Kaisar Hadrian. tercatat 580.000 orang Yahudi terbunuh, 50 kota dan 985 desa dihancurkan.

Pada tahun 131, Kaisar Hadrian mengganti nama Yerusalem menjadi Aelia Capitolina dan mendirikan Kuil Dewa Yupiter tepat diatas reruntuhan Bait Allah. Orang Yahudi dilarang memasuki Yerusalem dan provinsi Yehuda/Judea diganti menjadi "Syria Palaestina," dari kata ini istilah bahasa Inggris Palestine berasal, dan Filistin dalam bahasa Arab.

Setelah penumpasan pemberontakan Bar Kochba, orang Romawi mengizinkan para rabbi dari keturunan Hilel untuk berinteraksi dengan penguasa Romawi. Yang paling terkenal adalah "Judah the Prince" atau Yehuda Hanasi. Institusi pendidikan Yudaisme terus memproduksi rabbi-rabbi, dan menjadi anggota Sanhedrin. Sisa-sisa orang Yahudi saat ini terpusat di Galilea. Alkitab Ibrani mulai dikanonkan pada saat ini juga, dengan mengeluarkan kitab-kitab apokrip. Para tannaim dan amoraim saling berdebat untuk menulis hukum oral Yudaisme (Oral Torah), hasil perdebatan mereka dibukukan dalam bentuk Misnah oleh Yehuda Hanasi sekitar 200 M. Naskah-naskah yang dihasilkan ini kemudian menjadi dasar bagi Talmud Yerusalem yang diredaksikan sekitar tahun 400 M di Tiberias.

Akibat terus menerus mengalami penganiayaan dan krisis ekonomi yang mendera kekaisaran Romawi pada abad ke-3 Masehi, mengakibatkan banyak orang Yahudi yang berimigrasi dari Palestina menuju wilayah Persia (kekaisaran Sassanid) yang lebih toleran, banyak orang Yahudi menetap di area Babel.

Periode Byzantine (324 - 638 M).

Pada awal abad ke-4 M, Kekaisaran Romawi terbagi 2 dan Constantinople menjadi ibu kota Romawi Timur yang dikenal sebagai Byzantium. Agama Kristen menjadi agama negara, dan di dominasi oleh Gereja Orthodox Yunani. Yerusalem menjadi kota Kristen, dan orang Yahudi masih dilarang memasuki Yerusalem.

Pada tahun 351-352 M, terjadi pemberontakan Yahudi di Sepphoris terhadap gubernur Romawi yang korup, namun usaha ini diredam oleh Ursicinus.

Tahun 361-363 M, adalah masa yang sangat singkat ketika Kaisar Julian (sang murtad - ia murtad dari agama Kristen) berkuasa dan menghilangkan pajak khusus bagi orang Yahudi kepada pemerintah Romawi. Ia juga memberi izin bagi orang Yahudi untuk tinggal di Yerusalem, serta mengizinkan orang Yahudi untuk membangun kembali Bait Allah, namun harapan ini musnah ketika Kaisar Julian wafat.

Pada abad ke-5 M, ketika Kekaisaran Romawi Barat runtuh, banyak orang-orang Kristen berimigrasi ke wilayah Palestina dan membuat mereka menjadi kelompok mayoritas, populasi orang-orang Yahudi hanya sekitar 10-15% tersebar di berbagai wilayah disekitar Negev, Galilea, Lembah Yordan, dan disisi timur sungai Yordan. Yudaisme adalah salah satu agama non-Kristen yang ditoleransi oleh mereka, namun mereka melarang orang Yahudi untuk: pembangunan Synagog baru, menjabat jabatan publik, memiliki budak. Terdapat 2 pemberontakan oleh orang Samaritan pada masa ini.

Pada tahun 438 M, ratu Byzantium, Eudocia, menghentikan pelarangan orang Yahudi untuk berdoa di reruntuhan Kuil mereka.

Pada tahun 450 M, redaksi Yerusalem Talmud diselesaikan.

Pada tahun 611 M, Sassanid Persia menyerang wilayah Byzantium.

Pada tahun 613-614 M, Orang-orang Yahudi, memberontak terhadap kekaisaran Byzantium dan bergabung dengan tentara Sassanid merebut Yerusalem. Mayoritas penduduk Kristen di deportasi ke Persia. Orang-orang Yahudi mendapat status otonomi atas Yerusalem, namun mayoritas tentara Sassanid mengundurkan diri dari wilayah ini pada tahun 617 M.

Pada tahun 628 M, tentara Byzantium kembali merebut wilayah ini, Kaisar Heraclius awalnya menjanjikan restorasi atas hak-hak orang Yahudi setelah dibantu oleh pemimpin Yahudi, Benjamin dari Tiberias, mengusir penguasa Persia. Namun Heraclius mengingkari janjinya, setelah menaklukkan Palestina ia mengeluarkan perintah untuk melarang Yudaisme di seluruh kekaisaran Byzantium, dan ribuan orang Yahudi mengungsi ke Mesir, setelah tentara Byzantium bergabung dengan pasukan Arab, Ghassanid, melakukan pembantaian massal dari Galilea hingga Yerusalem.

Periode Islam (638-1099 M).

Pada tahun 638 M, Kekaisaran Byzantium kehilangan kendali atas Levant ketangan penguasa Arab Islam. Menurut Moshe Gil, pada waktu penaklukan bangsa Arab di abad ke-7 M, mayoritas populasi wilayah ini adalah orang Yahudi dan Samaritan dengan jumlah sekitar 300.000 - 400.000 jiwa. Setelah penaklukan bangsa Arab, mayoritas populasi mengalami Arabisasi secara kultural dan bahasa, banyak dari antara mereka memeluk agama Islam. Penguasa Islam meneruskan kebijakan pembangunan synagog baru. Penguasa Arab, Umar bin Khattab, mengizinkan orang Yahudi untuk kembali menetap di Yerusalem, mereka dapat memasuki dan beribadah di kota suci mereka.

Pada tahun 691 M, "Dome of the Rock" atau kubah Shakhrah (Kubah Batu) selesai dibangun oleh Khalifah Ummayah, Abdul Malik bin Marwan. Disusul dengan selesainya perluasan masjid awal yang didirikan Umar bin Khattab, menjadi Masjid Al-Aqsa pada tahun 705 M, oleh Khlifah Al-Walid bin Abd al-Malik. Kompleks kuil suci kini menjadi tempat suci Islam.

Pada tahun 755 M, Khalifah Al-Mansur menumpas pemberontakan Yahudi yang dipimpin oleh Abu Isa Obadiah, yang mengklaim sebagai nabi dan mesias.

Pada tahun 875 M, pemimpin Yudaisme Karaite, Daniel al-Kumisi tiba di Yerusalem dan memulai komunitas "Mourners of Zion" atau Peratap Zion.

Diantar abad ke-7 hingga ke-11 M, kelompok Masorete (ahli tulis Yahudi) aktif di Galilia dan Yerusalem untuk mengkompilasi sistem pembacaan dan tata bahasa, bahasa Ibrani. Mereka menyusun TANAKH Yahudi (Alkitab Ibrani) yang kemudian dikenal sebagai naskah Masoretik, dan menjadi patokan Alkitab moderen.

Periode Perang Salib (1099 - 1291 M)

Pada tahun 1099 M, Orang-orang Yahudi yang berada diantara penduduk Yerusalem yang berusaha mempertahankan kota dari serangan Pasukan Salib (Crusaders), ketika kota ini jatuh, 6000 orang Yahudi di bantai didalam synagog yang dibakar.
Dibawah kendali Crusader, orang Yahudi tidak diperbolehkan untuk memiliki tanah dan mereka menjadi pedagang di kota-kota daerah pesisir pantai, namun mereka tersebar di daerah Tiberias, Ramleh, Ashkelon, Caesarea dan Gaza.

Pada tahun 1165 M, Maimonides mengunjungi Yerusalem.

Pada tahun 1187 M, Saladin mengalahkan pasukan Crusader di Pertempuran Hattin, dan merebut Yerusalem serta kebanyakan wilayah Palestina. Pasukan Crusader berkonsentrasi di wilayah Acre/Akko. Saladin mengundang orang Yahudi untuk kembali menetap di Yerusalem.

Pada tahun 1260 M, kontrol atas Palestina di berada di tangan penguasa Mamluks dari Mesir.
Pada tahun 1291 M, bangsa Mongol menginvasi Levant, namun Palestina adalah wilayah perbatasan mereka yang tidak di invasi. Sultan Qutuz dari Mesir berhasil mengalahkan bangsa Mongol di Pertempuran Ain Jalut, dan penerusnya Baibars menghapus kerajaan para Crusader di Akko pada tahun ini juga.

Sejak tahun 1211-1517 M, telah terjadi immigrasi orang Yahudi ke Palestina secara gradual.

Pada tahun 1488, komentator Alkitab dari Italia, Obadiah ben Abraham, tiba di Yerusalem dan menemukan kota ini telah terbengkalai dan hanya tersisa 70 keluarga Yahudi yang hidup dalam garis kemiskinan. Namun pada tahun 1495, meningkat menjadi 200 keluarga, Obadiah adalah pemimpin yang berusaha menghidupkan kembali Yerusalem. Sebuah surat ratapan dari zaman ini berkata: "di semua tanah ini, tidak ada hukum dan hakim, khususnya bagi orang Yahudi melawan orang Arab."

Periode Ottoman.

Pada tahun 1516-1517, Sultan Selim II dari Turki menguasai wilayah ini, dan menjadi provinsi Suriah, dan terjadi immigrasi masal, mereka terkonsentrasi di kota Safed. Pada tahun 1555 penduduk safed telah berjumlah 10.000 jiwa.

Pada tahun 1563, Joseph Nasi meminta izin pada Sultan Selim II untuk mendirikan kota di Tiberias bagi orang-orang Yahudi.

Pada tahun 1575, komunitas Yahudi di Safed mendapat perintah pengusiran: 1000 keluarga di deportasi ke Cyprus, namun perintah ini kemudian dianulir setelah sultan menyadari kehilangan pendapatan dari komunitas ini.

Pada tahun 1648-1654 terjadi pembantaian 100.000 orang Yahudi di Ukraina, mereka mulai mengungsi ke Israel.

Pada tahun 1660/1662, mayoritas pemukiman Yahudi di Safed dan Tiberias mengalami pengrusakan dari kaum Druze, menyusul konflik kekuasaan di Galilea.

Pada tahun 1666, seorang rabbi Sabbatai Zevi, mengklaim sebagai mesias, namun ia kemudian menyatakan diri memeluk agama Islam di hadapan Sultan Mehmed IV, kejadian ini diikuti dengan anggota keluarganya beserta 300 keluarga dari pengikut setianya. Sabbatai Zevi kemudian diberi gelar (Mehemed) Effendi, dan mendapat jabatan, serta gaji yang besar dari Sultan.

Pada tahun 1834, terjadi pemberontakan rakya dibawah pimpinan Muhammad Ali dari Mesir, orang Yahudi menjadi target penjarahan di kota Safed, dan pembantaian di kota Hebron. Pada tahun 1890 populasi orang Yahudi di wilayah Palestina mencapai kurang dari 10%.

Pada tanggal 29-31 Agustus 1897 kongres Organisasi Zionist pertama diadakan di Basel, Swiss.

Diantara tahun 1882-1948 terjadi berbagai immigrasi orang Yahudi ke wilayah Palestina, yang dikenal dengan istilah Aliyah, hal ini terjadi sebelum periode Zionist.

Periode Mandat Inggris (1917 - 1948).

Pada tahun 1917, ketika Perang Dunia I berakhir, kekaisaran Ottoman termasuk dalam pihak yang kalah perang, wilayah Palestina jatuh kepada Inggris. Inggris menjanjikan pendirian negara Israel pada wilayah sisi barat sungai Yordan, Tepi Barat dan Jalur Gaza. Bagian sisi timur dari sungai Yordan kemudian menjadi negara Yordania atas Konfrensi Damai Versailles pada tahun 1919.
Melalui Lawrence of Arabia, Inggris menjanjikan pada komunitas Arab yang turut membantu Inggris mengalahkan Ottoman, untuk mendirikan Negara Kesatuan Arab; dan janji Inggris untuk pendirian Negara Yahudi dituangkan dalam deklarasi Belfour pada tahun 1917.

Pada tahun 1941-1945, orang-orang Yahudi Eropa mengalami pembantaian sistematis oleh Nazi Jerman.

Pada tahun 1947, eskalasi konflik dan kekerasan semakin tinggi, pemerintah Inggris mengungkapkan keinginan untuk menarik diri dari Palestina. Rencana masa depan atas wilayah ini diambil alih oleh PBB, dan keputusannya adalah membagi wilayah ini menjadi 2 negara, yaitu negara Arab dan Yahudi, serta kota Yerusalem, sebagian besar wilayahnya menjadi milik negara Yahudi.

Pada tanggal 14 Mei 1948, David Ben-Gurion menyatakan kemerdekaan Negara Israel (Eretz-Israel), beberapa jam sebelum berakhirnya mandat Inggris pada tengah malam.

Pada tanggal 15 Mei 1948, sehari setelah deklarasi kemerdekaan, terjadi perang sipil antara komunitas Arab dan Yahudi, mereka menolak rencana pemisahan negara, dan bermaksud untuk memusnahkan negara Yahudi yang baru berdiri. Koalisi kekuatan negara Arab yang terdiri dari Mesir, Yordania, Suriah, dan beberapa pasukan Iraq memasuki Palestina, mereka mengambil alih wilayah komunitas Arab dan menyerang pemukiman dan tentara Israel.

Pada tahun 1949, Israel keluar sebagai pemenang dan menandatangani Perjanjian Damai dengan Mesir pada tanggal 24 Februari, Lebanon 23 Maret, Yordania 3 April, dan Suriah 20 Juli. Dan Pada Perjanjian tersebut, mereka mengakui wilayah teritori Israel yang kini lebih luas dari rencana pembagian wilayah oleh PBB, mereka kini menguasai 78% wilayah Palestina, termasuk seluruh wilayah Galilea, Lembah Jezreel/Yizrel diutara, dan seluruh Negev diselatan, Sisi Barat Yerusalem dan seluruh wilayah pantai. Komunitas Arab di Palestina tetap tidak memperoleh kemerdekaan.

Sebelum perang jumlah komunitas Arab di wilayah Palestina berjumlah 1,143,336 jiwa (tahun 1947). Menurut perhitungan PBB pada tahun 1951, pengungsi Arab dari Palestina yang keluar dari wilayah Israel berumlah 711.000 jiwa. Pada wilayah yang dikendalikan oleh Israel 400 desa Arab dikosongkan. Setelah perang jumlah orang Arab di wilayah Israel adalah 156.000, mereka kemudian menjadi warga negara Israel.

Efek Perang:
Israel kehilangan 6.373 penduduknya, sekitar 1% dari populasi, yang terdiri dari 4.000 prajurit dan sisanya rakyat sipil. Sekitar 2000 dari mereka adalah orang-orang yang selamat dari Holocaust. Jumlah pasti dari pihak Arab tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sekitar 7.000 jiwa.

Pengungsi Arab Palestina tersebar di seluruh dunia Arab, dan tinggal di barak pengungsian, mereka di bawah tanggung-jawab PBB melalui organisasi UNRWA. Status pengungsi diturunkan kepada keturunan mereka, seluruh negara Liga Arab menolak pemberian warga negara bagi mereka kecuali Yordania, "hal ini untuk mencegah hilangnya identitas mereka dan melindungi hak mereka untuk kembali ke negara asal mereka." Lebih dari 1,4 juta orang Arab Palestina hidup di 58 barak pengungsian, dan lebih dari 5 juta Arab Palestina hidup diluar wilayah Israel dan wilayah Palestina. 

Negara Israel (1948 - Saat Ini).

Setelah pendirian negara Israel, immigrasi dari orang Yahudi yang selamat dari Holocaust di Eropa membanjiri Israel, demikian pula pengungsi dari negara-negara Arab hal ini menyebabkan penduduk Israel meningkat drastis hanya dalam 1 tahun. Dari sekitar 850.000 Yahudi Sephardi dan Mizrahi yang terusir dari negara Arab termasuk Iran dan Afganistan, 680.000 menetap di Israel.

1956, Krisis Suez.

1967, Perang 6 Hari.

1973, Perang Yom Kippur.

Pada tahun 1990-91, 380.000 imigrant dari negara Uni Soviet memasuki Israel.

2006, Perang Libanon.

Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_Jews_and_Judaism_in_the_Land_of_Israel.

1 komentar:

  1. Kalau menurut pengamatan saya sih dari para penulis atau sejarawan kuno dan saya gabungkan dengan bukti-bukti penemuan - penemuan peninggalan sejarah yg digali para arkeologi termasuk dari tulisan" kuno berupa papirus dan silinder, KERAJAAN ISRAEL dari zaman Mesir kuno hingga kekuasaan imperium Britania tak pernah benar" makmur atau berkuasa, tapi lebih merupakan propinsi taklukan yang selalu bayar upeti.
    Hal ini dapat dilihat dari Mesir kuno berakhir karena penyerangan kerajaan Persia dibawah Cambeyes putra dari Kores Agung kalau Israel bayar upeti pada kerajaan Persia, kemudian Persia dikalahkan akmeneyyah dibawah pimpinan Alexander agung kalau Mesir sekitarnya termasuk Israel bayar upeti pada ptolomeus i soter dibawah dinasti Yunani ptolemaik dan ketika kleopatra dikalahkan Octavianus Agustus dari Romawi, gantian Israel berada dibawah kekuasaan kekaisaran Romawi dan ketika Romawi terpecah romawi barat (Bizantium) dan Romawi timur mereka berada dibawah kendali kekaisaran bizantium dan ketikan konstantinopel direbut Islam mereka beribu tahun dibawah kesultanan Islam dan ketika perang dunia dua pecah kesultanan Islam menyerahkan mereka dibawah kekuasaan Britania raya lewat perjanjian yg dinamai mandat Britania raya untuk Palestina.
    Selanjutnya Britania raya menyerahkannya kepada kekuasaan Liga bangsa-bangsa (PBB sekarang) dari sanalah "DAVID BEN GURION" mendirikan negara Israel moderen atau Israel yang sekarang yaitu pada tahun 1948 yg lalu.
    Jadi menurut hemat saya justru baru inilah Israel benar-benar merdeka dengan kekuasaan sendiri.
    Kisah ini saya pelajari dari
    Tahun 3200 SM sampai tahun 1948 M.
    Jadi ada rentang kurang lebih 5148 bangsa Yahudi dan Israel selalu jadi jajahan.
    Kejayaan Daud dan Salomo pun tampaknya hanya kejayaan kecil yg dibiarkan karena bayar upeti.

    Saya sudah 8 tahun mengikuti sejarah ini hingga hari ini

    BalasHapus