Minggu, 02 Juli 2017

Mengenal Bangsa Ashur (Periode Neo-Ashur) Part III

Shalmanasser V (727-722 SM; 5 thn)

/***

Raja Israel: Hosea (732-724 SM).

Raja Yehuda: Ahaz (743-727 SM), Hizkiah (727-698 SM).

Ratu Arab: Shamsi (733-713 SM).

Firaun Mesir:
Dinasti 22 - Dari Libya: Osorkon IV (730-716 SM) - raja terakhir dinasti 22
Dinasti 25 - Dari Nubia/Ethiopia: Piye (747-721 SM) - raja pertama dinasti 25

Dinasti 25 (bangsa Kush/Nubia/Ethiopia) akan menyatukan & menaklukkan seluruh penguasa Mesir yang terdiri dari dinasti 22,23 (berasal dari Libya), dan dinasti 24 (berpusat di Sais, pribumi Mesir)

***/

Sebelum menjadi raja Ashur, Shalmanasser V (Akkad: Sulmanu-asarid, dewa Sulmanu-yang terutama) adalah gubernur Zimirra di wilayah Phoenicia. Nama awalnya adalah Ululayu/Ubulai, namun ketika ia naik tahta namanya berubah menjadi Shalmanasser. Tidak ada naskah dari istana Ashur mengenai dirinya yang selamat.

Informasi utama mengenai aktifitas Shalmanesser V di dapat dari kumpulan naskah korespondensi oleh Tiglath-Pileser III di reruntuhan istana Kalhu. Ketika raja Israel, Hosea memberontak, Shalmanasser V berbaris melalui Bit-Adini/Beth-Eden, untuk mengepung Samaria dan menyerang Tirus/Tyre. Ia mengepung Samaria selama 3 tahun, namun pada tahun 722 SM, adiknya yang bernama Sargon II melakukan pemberontakan.

2 Raja-raja 17:1-6
1. Dalam tahun kedua belas zaman Ahas, raja Yehuda, Hosea bin Ela menjadi raja di Samaria atas Israel. Ia memerintah sembilan tahun lamanya.
2. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, tetapi bukan seperti raja-raja Israel yang mendahului dia.
3. Salmaneser, raja Asyur maju melawan dia; Hosea takluk kepadanya serta membayar upeti.
4. Tetapi kedapatanlah oleh raja Asyur, bahwa di pihak Hosea ada persepakatan, karena Hosea telah mengirimkan utusan-utusan kepada So (Osorkon IV), raja Mesir, dan tidak mempersembahkan lagi upeti kepada raja Asyur, seperti biasanya tahun demi tahun; sebab itu raja Asyur menangkap dia dan membelenggu dia dalam penjara.
5. Kemudian majulah raja Asyur menjelajah seluruh negeri itu, ia menyerang Samaria dan mengepungnya tiga tahun lamanya.
6. Dalam tahun kesembilan zaman Hosea maka raja Asyur merebut Samaria. Ia mengangkut orang-orang Israel ke Asyur ke dalam pembuangan dan menyuruh mereka tinggal di Halah, di tepi sungai Habor, yakni sungai negeri Gozan, dan di kota-kota orang Madai.

2 Raja-Raja 18:9-11
9. Dalam tahun keempat zaman raja Hizkia--itulah tahun ketujuh zaman Hosea bin Ela, raja Israel--majulah Salmaneser, raja Asyur, menyerang Samaria dan mengepungnya.
10. Direbutlah itu sesudah lewat tiga tahun; dalam tahun keenam zaman Hizkia--itulah tahun kesembilan zaman Hosea, raja Israel--direbutlah Samaria.
11. Raja Asyur mengangkut orang Israel ke dalam pembuangan ke Asyur dan menempatkan mereka di Halah, pada sungai Habor, yakni sungai negeri Gozan, dan di kota-kota orang Madai (Media).


Jatuhnya Samaria menandai berakhirnya kerajaan Israel


Menurut catatan Sargon II, ia mengklaim sebagai penakluk Samaria, namun sumber Babel (dan Alkitab) menyebut Shalmanasser V yang menaklukkan Samaria. Sebagian sejarawan berpendapat, Shalmanasser memulai pengepungan, namun Sargon II yang menaklukkan Samaria dan mendeportasi penduduknya.

Tidak diketahui tentang bagaimana nasib Shalmanasser V, apakah ia berhasil mencari kota pengungsian ataukah terbunuh dalam perebutan kekuasaan. Namun demikian makam istri Shalmanasser V yang bernama ratu Banitu berhasil ditemukan. Sargon II menulis hal negatif tentang kakaknya dengan menyebutnya sebagai penguasa tiran dan atheis (tak bertuhan).

(Sejarah Penduduk Samaria pasca Israel Menurut Alkitab)

2 Raja-Raja 17
22. Demikianlah orang Israel hidup menurut segala dosa yang telah dilakukan Yerobeam; mereka tidak menjauhinya,
23. sampai TUHAN menjauhkan orang Israel dari hadapan-Nya seperti yang telah difirmankan-Nya dengan perantaraan semua hamba-Nya, para nabi. Orang Israel diangkut dari tanahnya ke Asyur ke dalam pembuangan. Demikianlah sampai hari ini.

(Penduduk baru dari Mesopotamia mendiami Samaria)

24. Raja Asyur mengangkut orang dari Babel, dari Kuta, dari Awa, dari Hamat dan Sefarwaim, lalu menyuruh mereka diam di kota-kota Samaria menggantikan orang Israel; maka orang-orang itupun menduduki Samaria dan diam di kota-kotanya.
25. Pada mulanya waktu mereka diam di sana tidaklah mereka takut kepada TUHAN, sebab itu TUHAN melepaskan singa-singa ke antara mereka yang membunuh beberapa orang di antara mereka.

Ilustrasi singa yang di lepas Yahweh untuk memangsa penduduk Samaria
 
26. Lalu berkatalah orang kepada raja Asyur: "Bangsa-bangsa yang tuanku angkut tertawan dan yang tuanku suruh diam di kota-kota Samaria tidaklah mengenal hukum beribadah kepada Allah negeri itu, sebab itu dilepaskan-Nyalah singa-singa ke antara mereka yang sesungguhnya membunuh mereka, oleh karena mereka tidak mengenal hukum beribadah kepada Allah negeri itu."
27. Lalu raja Asyur memberi perintah: "Suruhlah pergi ke sana salah seorang imam yang telah kamu angkut dari sana ke dalam pembuangan. Biarlah ia pergi dan diam di sana dan mengajarkan kepada mereka hukum beribadah kepada Allah negeri itu!"
28. Salah seorang imam yang telah mereka angkut dari Samaria ke dalam pembuangan pergi dan diam di Betel. Ia mengajarkan kepada mereka bagaimana seharusnya berbakti kepada TUHAN.
29. Tetapi setiap bangsa itu telah membuat allahnya sendiri dan menempatkannya di kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, yang dibuat oleh orang-orang Samaria; setiap bangsa bertindak demikian di kota-kota yang mereka diami:
30. orang-orang Babel membuat patung Sukot-Benot, orang-orang Kuta membuat patung Nergal, orang-orang Hamat membuat patung Asima,
31. dan orang-orang Awa membuat patung Nibhas dan Tartak. Orang-orang Sefarwaim membakar anak-anak mereka sebagai korban bagi Adramelekh dan Anamelekh, para allah di Sefarwaim.
32. Di samping itu mereka berbakti kepada TUHAN dan mengangkat dari kalangan mereka imam untuk bukit-bukit pengorbanan, maka orang-orang inilah yang melakukan ibadah bagi mereka di kuil di atas bukit-bukit pengorbanan itu.
33. Mereka berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada allah mereka sesuai dengan adat bangsa-bangsa yang dari antaranya mereka diangkut tertawan.
34. Sampai hari ini mereka berbuat sesuai dengan adat yang dahulu. Mereka tidak berbakti kepada TUHAN dan tidak berbuat sesuai dengan ketetapan, hukum, undang-undang dan perintah yang diperintahkan TUHAN kepada anak-anak Yakub yang telah dinamai-Nya Israel.
35. TUHAN telah mengadakan perjanjian dengan mereka dan memberi perintah kepada mereka: "Janganlah berbakti kepada allah lain, janganlah sujud menyembah kepadanya, janganlah beribadah kepadanya dan janganlah mempersembahkan korban kepadanya.
36. Tetapi TUHAN yang menuntun kamu dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang teracung, kepada-Nyalah kamu harus berbakti, kepada-Nyalah kamu harus sujud menyembah dan mempersembahkan korban.
37. Tetapi kamu harus berpegang kepada ketetapan-ketetapan, peraturan-peraturan, hukum dan perintah yang telah ditulis-Nya bagimu dengan melakukannya senantiasa dengan setia, dan janganlah kamu berbakti kepada allah-allah lain.
38. Janganlah kamu melupakan perjanjian yang telah Kuadakan dengan kamu dan janganlah kamu berbakti kepada allah lain,
39. melainkan kepada TUHAN, Allahmu, kamu harus berbakti, maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan semua musuhmu."
40. Tetapi mereka tidak mau mendengarkan, melainkan mereka berbuat sesuai dengan adat mereka yang dahulu.
41. Demikianlah bangsa-bangsa ini berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah juga kepada patung-patung mereka; baik anak-anak mereka maupun cucu cicit mereka melakukan seperti yang telah dilakukan nenek moyang mereka, sampai hari ini.


(Kisah Tobit di Nineveh)

http://www.katakombe.org/alkitab/deuterokanonika/tobit/tobit-1.html

1. Kitab kisah Tobit bin Tobiel bin Ananiel bin Aduel bin Gabael bin Rafael bin Raguel dari keturunan Asiel dari suku Naftali.
2. Di zaman Salmaneser, raja orang-orang Asyur, Tobit diangkut tertawan dari Tisbe yang terletak di sebelah selatan Kudios-Naftali di Galilea atas di atas Hazor, yakni di sebelah barat, dan di sebelah utara Fogor.
3. Aku, Tobit menempuh jalan kebenaran dan kesalehan seumur hidupku dan banyak melakukan kebajikan kepada para saudara dan segenap bangsaku yang bersama dengan daku telah berangkat ke pembuangan, ke negeri Asyur ke kota Niniwe.
...
10. Ketika diangkut tertawan dan diasingkan ke negeri Asyur aku pergi ke kota Niniwe. Semua saudaraku dan kaum sekeluarga makan makanan bangsa asing,
11. tetapi aku mencegah diriku jangan makan makanan itu.
12. Sebab dengan segenap hatiku aku ingat kepada Allah.
13. Oleh Yang Mahatinggi dianugerahkan kepadaku kerelaan dan penghormatan dari pihak raja Salmaneser. Maka aku menjadi pembelanja segala sesuatunya yang diperlukan raja.
14. Dari sebab itu aku biasa pergi ke negeri Media untuk berbelanja baginya di sana sampai raja mangkat. Sekali kutitipkan sebuah pundi-pundi pada Gabael, saudara Gabria di negeri Media, yang sepuluh talenta perak isinya.
15. Semangkatnya Salmaneser maka puteranya Sanherib menjadi raja akan gantinya. Kemudian jalan-jalan di negeri Media tidak terpakai lagi, sehingga aku tidak dapat pergi ke Media lagi.
16. Di zaman Salmaneser aku telah banyak melakukan kebajikan kepada para saudara sebangsaku.
17. Makananku kuberikan kepada orang yang kelaparan dan pakaianku kepada orang telanjang. Apabila kulihat seseorang sebangsa yang telah meninggal dan terbuang di belakang tembok kota Niniwe, maka kukuburkan.
18. Manakala seseorang dibunuh oleh raja Sanherib, setelah raja pulang kalah dari daerah Yehuda di masa ia dihukum oleh Raja Sorgawi karena hujatnya, maka kukuburkan juga. Sebab banyak dari orang Israel dibunuh oleh raja Sanherib karena kemurkaannya. Tetapi dengan diam-diam kukuburkan semua. Memang mayat-mayat mereka dicari raja, tapi tidak ditemukan.
19. Maka salah seorang penduduk kota Niniwe pergi melaporkan kepada raja perihal diriku, bahwa akulah yang menguburkan mayat-mayat itu. Kemudian terpaksa aku bersembunyi. Ketika aku dapat tahu, bahwa hal itu ketahuan oleh raja dan aku dicari-carinya untuk dibunuh, maka aku ketakutan dan melarikan diri.
20. Dari sebab itu segala harta bendaku disita dan tidak ada lagi sisa padaku yang tidak diangkut ke istana raja, kecuali Hana, isteriku, dan Tobia, anakku.
21. Tetapi belum juga empat puluh hari berlalu maka raja Sanherib dibunuh oleh putera-puteranya yang segera melarikan diri ke gunung Ararat. Sesudahnya putera Sanherib, yaitu Esarhadon, menjadi raja. Ahikar bin Anael, saudaraku, diangkat olehnya menjadi ketua dewan keuangan kerajaannya dan kepala urusan istana.
22. Maka Ahikar menjadi pembicara baik bagiku, sehingga aku dapat pulang ke Niniwe. Di masa pemerintahan Sanherib, raja Asyur, Ahikar telah menjadi juru minuman, penjaga cincin meterai dan pengurus istana dan ia dipertahankan oleh raja Esarhadon. Dia itu saudara sepupuku.

Catatan akan kesalahan historis pada kitab Tobit:
*) Pada masa Shalmanasser V, ibu kota Ashur berada di Kalhu, Nineveh masih berupa kota kecil pada masa itu.
*) Sanherib adalah anak dari Sargon II, bukan anak dari Shalmanasser V.

Sargon II (722-705 SM; 17 thn)

/***

Raja Yehuda: Hizkiah (727-698 SM).
Ratu Arab: Shamsi (733-713 SM).
Firaun Mesir: Piye (747-721 SM), Shebitku(705-690 SM) - Dinasti 25 dari Nubia/Ethiopia.

***/

Dalam bahasa Akkad namanya adalah Sarru-ukin, kemungkinan di ucapkan Sarginu atau Sarganu, dalam bahasa Ibrani, dibaca Sargon, dan berarti "raja sejati", nama asli sebelum mengambil alih kekuasaan tidak diketahui. Ia adalah anak dari Tiglath-Pilesser III, dan menjadi raja melalui kudeta terhadap posisi kakaknya, Shalmanasser V. Ia dibantu oleh anaknya Sanherib/Sennacherib untuk mengelola kerajaan, beserta saudaranya yang menjadi penasehat, Sinahusur.

Wajah Sargon II


(Kampanye militer)

Sargon II telah berusia lanjut ketika ia menjadi raja, posisi nya di istana ketika ayahnya berkuasa juga tidak tercatat. Para ilmuwan mengetahui jika Sargon II adalah anak dari Tiglath-Pileser III adalah dari dokumen istana, saat Sargon II berkuasa. Ia juga menulis jika Shalmanasser V dan dirinya hanya terhubung oleh darah, bukan karena "saudara" dalam gelar kehormatan. Walau Shalmanasser V telah berusaha menjaga keutuhan Ashur dan mencoba mengembangkannya, namun kampanye militernya tidak secepat dan se-efisien ayah mereka, dan kebijakan pajak serta kerja paksa yang diterapkannya tidak populer.

Setelah merebut tahta, ia segera menghapus kebijakan tersebut, serta menyelesaikan segala ekspansi militer yang digagas oleh kakaknya. Ia segera menaklukkan Samaria dan menghancurkan kerajaan Israel. Sargon II mencatat mendeportasi 27,290 orang Israel dari tanah kelahiran mereka, dan menyebar mereka di berbagai wilayah dari Anatolia hingga pegunungan Zagros. Setelah menyelesaikan masalah Israel, ia segera mengalihkan perhatiannya kepada wilayah lain yang memberontak melawannya.

Pada tahun 720 SM, Yahu-Bihdi (Yahu menandakan ia adalah penyembah Yahweh, kemungkinan ia adalah orang Israel) sang gubernur kota Hamat memberontak kepada Ashur, Sargon II segera menuju wilayah Suriah, untuk menaklukkan Hamat serta sekutunya yang melakukan pemberontakan, seperti Damaskus, Arvad dan Qarqar. Setelah menuntas pemberontakan ia kembali ke ibu kota Kalhu, kemudian memerintahkan deportasi orang-orang di Ashur yang tidak mendukungnya, yang ia sebut "warga negara yang tidak tahu berterimakasih", ke wilayah Suriah untuk membangun kembali dan menghuni kota-kota yang dihancurkan oleh Sargon II, ia juga mendeportasi orang Hamat ke Samaria.

Di istana ia juga mendengar kabar tentang pemberontakan di Babel, yang dilakukan oleh Marduk-apla-iddina II, kepala suku Kasdim/Chaldean dari Bit-Yakin, telah memahkotai dirinya sebagai raja Babel pada tahun 721 SM, dengan dukungan bangsa Elam. Pada tahun 720 SM, ia segera mengarahkan pasukan Ashur menuju Babel, mereka dihadang oleh pasukan Elam di kota Dur, dan Ashur berhasil dipaksa munduk, pasukan Babel terlambat datang di arena pertempuran, dan klaim raja Marduk-apla-iddina II (Alkitab: Merodakh Baladan 2 Raja 20:12) atas Babel dapat terselamatkan, hingga tahun 710 SM.

Munduk dari Babel, Sargon II segera kembali ke ibu kota Ashur, di Kalhu dan menata kembali administrasi negara. Pada tahun 717 SM ia menggagas pembangunan ibu kota baru Ashur yang diberi nama Dur-Sharrukin. Ia menunjuk anaknya Sennacherib sebagai putra mahkota dan mengendalikan administrasi negara, sementara ia keluar untuk berperang.

(Penjarahan Sargon II)

Kota Karkemis/Carchemish adalah kota kecil yang kaya dan makmur karena posisi nya yang strategis dalam jalur perdagangan. Pada tahun 717 SM, Sargon II menuduh Pisiri, raja Karkemis, berencana memberontak dan bekerja sama dengan musuh Ashur. Ia menginvasi kota ini,  Karkemish yang lemah dapat direbut dengan mudah, dan Sargon II mendapat banyak harta benda yang melimpah untuk diangkut ke Kalhu. Begitu kayanya kota ini hingga ekonomi Ashur berubah dari berbasis perunggu menjadi perak, mengikuti standar ekonomi Karkemish.
Harta jarahan ini terdiri dari 60 ton perak & 330 kg emas.

(Penaklukan Arab)

Pada tahun 716 SM, ia menaklukkan bangsa Mannaean (wilayah Iran) dan menjarah kuil mereka. Pada tahun ini juga ia menerima upeti dari firaun Mesir serta ratu Samsi dari negeri Arab, It-Amar dari Sabean/Saba.

Berdasarkan naskah Ashur, Sargon II mengklaim:

"Suku-suku Tamud, Ibadid, Marsimanu dan Haiapa, orang Arab jauh, yang mendiami wilayah gurun pasir, yang tidak mengenal pejabat rendah atau tinggi, dan yang tidak pernah dipaksa memberi upeti kepada raja mana pun - dengan senjata dari dewa Assur, tuan ku, aku berhasil menundukkan mereka [pada tahun 716 SM], sisa-sisa mereka yang selamat ku deportasi mereka ke Samaria. (ANET 286)"

pada tahun 715 SM ia menaklukkan wilayah Media serta menjarah harta benda kota-kota nya untuk dibawa ke Kalhu.

(Pembasmian Urartu/Ararat/Armenia)

Selama ini wilayah utara, yakni kerajaan Urartu kerap kali menimbulkan masalah bagi Ashur, walau berhasil ditundukkan oleh Tiglath-Pilesser III, namun tidak pernah secara tuntas. Pada masa Shalmanaser V, Urartu kembali melakukan serangan terhadap Ashur. Pada tahun 719 SM dan 717 SM, Sargon II pernah mengutus pasukannya untuk mengusir prajurit Urartu yang mengacaukan kota-kota di perbatasan.


Map Urartu/Ararat


Dan pada tahun 715 SM, Urartu melakukan serangan skala besar ke Ashur dan berhasil merebut 22 kota Ashur wilayah perbatasan. Sargon II membalas dengan mengusir tentara Urartu, dan menghancurkan kota-kota di wilayah Selatan Urartu. Ia memahami bahwa invasi semacam ini telah terjadi berulangkali dan akan menghabiskan sumber daya Ashur jika tidak segera menuntaskan masalah Urartu.

Kesulitan menaklukkan Urartu adalah karena lokasi kerajaan mereka sangat strategis yang terletak di Pegunungan Taurus dan terlindung dengan baik. Karena hal inilah raja-raja Ashur sebelumnya tidak pernah berhasil mengalahkan bangsa Urartu secara tuntas. Pasukan Urartu dapat dengan leluasa menyelinap ke wilayah pegunungan setelah bertempur, dan kembali berkumpul untuk segera mengulangi penyerangan berikutnya.

Kerajaan Urartu (dalam Alkitab dikenal sebagai Ararat) menjadi kekuatan utama wilayah pegunungan ini, sejak abad ke 13 hingga 11 SM. Dan kuil Haldi, di kota suci Mushashir menjadi pusat ziarah bangsa Urartu sejak millinium ke-3 SM, dan dipenuhi dengan persembahan dari para raja, pangeran, bangsawan, dan para pedagang. Harta benda kuil ini sangat berlimpah.

Bangsa Urartu menjadi kaya dari para perdagangan (kafilah) dan peziarah yang mengunjungi Mushashir, dan untuk memastikan kemakmuran ini terus berlanjut, mereka berusaha untuk tetap dapat mengendalikan kota-kota di wilayah dataran rendah, tetap dalam kendali mereka. Dari kota berbenteng mereka di pegunungan, mereka terus-menerus berusaha mengambil alih wilayah di dataran rendah.

Bangsa Urartu adalah prajurit yang tangguh dan berhasil membiakkan kuda terbaik yang dapat digunakan dalam peperangan. Shalmaneser I (1274-1245 SM) pertama kali menyebut bangsa Urartu dalam prasasti penaklukan Ashur, namun sejak zaman itu hingga saat ini, bangsa Urartu menunjukkan mereka tetap dapat bangkit kembali setelah ditaklukkan. Sargon II dalam prasastinya menulis bangsa ini dengan penuh hormat, walau mereka adalah musuh sengitnya.

Ia memuji raja Urartu, Rusas, yang telah membangun jaringan kanal dan sumur; yang berhasil membiakkan kuda terbaik, di lembah-lembah mereka dan sangat penting saat perang; jaringan komunikasi bangsa Urartu yang luar biasa, dengan menara-menara pengawas berdiri dipuncak gunung, yang dipersiapkan dengan tumpukan bahan bakar untuk api unggun dan dapat dinyalakan dengan cepat.
Jika api unggun pada satu menara menyala, dengan cepat menara selanjutnya akan turut menyala. Mereka bersinar seperti 'bintang di puncak gunung,' ucap Sargon II, dan menyebarkan berita tentang adanya invasi, lebih cepat dari segala jenis pembawa pesan.

Sargon II, menyadari jika ingin mengalahkan bangsa Urartu maka ia harus membuat serangan kejutan. Pada tahun 714 SM ia melancarkan invasi atas Urartu. Ia memimpin sendiri para prajurit Ashur, ia berjalan melalui rute timur yang mengelilingi benteng Urartu, dengan harapan pergerakan pasukan ini tidak disadari oleh bangsa Urartu, dan menyerang mereka dari belakang (Jarak benteng Urartu ke perbatasan Ashur hanya sekitar 48 KM).

Bangsa Ashur yang terbiasa hidup ditanah datar/padang rumput, tidak memiliki pengalaman dalam peperangan gunung. Para raja Ashur sebelumnya berperang dengan Urartu hanya untuk mengusir mereka dari wilayah kaki gunung dan sangat jarang mendaki hingga ke lereng gunung. Pasukan Sargon II kini berjalan menghadapi lereng yang menjulang dan tidak dikenal, serta tertutupi oleh hutan lebat, di mana musuh dapat bersembunyi. Sargon II, mengatur barisan terdepan membersihkan jalan agar pasukan utama dapat berjalan dengan aman.

Para tentara Ashur saat ini berjalan melalui medan yang sulit pada awal musim panas, dan mereka mendapatkan persediaan air minum dari wilayah Media yang sebelumnya telah mereka tundukkan, mereka sangat kelelahan pada saat mereka membuat kamp terakhir. Sargon II, menulis bagaimana moral para prajuritnya telah sangat turun dan menjadi pembangkang. Ia tidak dapat memberi solusi untuk kelelahan mereka, tidak ada air yang dapat memuaskan dahaga mereka. Pada saat raja Rusas, dari Urartu telah mengerahkan pasukan mereka di medan pertempuran, para prajurit Sargon enggan untuk bertarung. Mereka telah kelelahan karena menempuh perjalanan yang sangat jauh.

Sargon II yang telah mengeluarkan banyak tenaga dan sumber daya, enggan untuk mundur dan menyerah, ia memanggil pengawal pribadinya dan kemudian memimpin mereka dalam serangan frontal dan bunuh diri pada sisi terdekat dari kekuatan Raja Urartu. Melihat raja mereka, para prajurit Sargon II, bangkit mengikuti raja mereka menerobos kekuatan Urartu. Para tentara musuh yang gentar mulai kocar-kacir dan terdesak hingga raja Rusas meninggalkan ibu kota mereka Turushpa, dan melarikan diri ke pegunungan. Sargon II mengklaim menghancurkan 430 kota/desa Urartu.

Ukiran bangsa Urartu


Sargon II tidak melanjutkan perburuan atas raja Rusas, karena takut akan pembangkangan prajuritnya yang telah kelelahan, memutuskan pasukannya untuk kembali ke Ashur, dan ia berhenti di kota Mushashir, dan menjarah harga benda kota ini, terutapa kuil Haldi, dimana ia mendapatkan berton-ton emas, perak dan berbagai batu mulia.

Sargon II menulis, ketika raja Rusas mendengar tentang penjarahan kota suci bangsa Urartu, Mushashir: "Keperkasaan dewa Assur membuatnya sesak dan dengan belati besinya, ia menusuk hatinya, seperti babi, untuk mengakhiri hidupnya". Penaklukan bangsa Urartu ini menghabiskan waktu 6 bulan, dan Sargon II kembali ke Kalhu dengan membawa kekayaan Mushashir yang melimpah.

(Pembangunan ibu kota baru Dur-Sharrukin)

Untuk merayakan kemenangan ini, ia berencana untuk membuat sesuatu yang abadi untuk dikenang, dan ia membuat ibu kota baru Ashur, yakni Dur-Sharrukin pada tahun 713 SM. Kota ini dihiasi dengan relief yang menggambarkan berbagai penaklukan Sargon II, terutama penjarahan Mushashir.

Selama 3 tahun Sargon II mengawasi proses pembangunan Dur-Sharrukin, pasukannya dikirim untuk memerangi wilayah Karalla, Tabal, Cilicia, Persia dan Media. Ia adalah penguasa dari seluruh bagian utara Mesopotamia, Anatolia dan Urartu.
Di selatan Babel masih belum tertaklukkan, dan Merodach-Baladan/Marduk-apla-iddina masih menjadi raja Babel dengan perlindungan raja Elam.

(Invasi Filistin)

Pada tahun 711 SM, terjadi pemberontakan di kota Filistin, Ashdod yang dibantu oleh Yehuda, Moab, Edom dan Mesir, mereka berhasil ditundukkan dan wilayah ini menjadi provinsi Ashur.

Yesaya 20
1. Pada tahun ketika panglima yang dikirim oleh Sargon, raja Asyur, tiba di Asdod lalu memerangi dan merebutnya,
..
4. demikianlah raja Asyur akan menggiring orang Mesir sebagai tawanan dan orang Etiopia sebagai buangan, tua dan muda, telanjang dan tidak berkasut dengan pantatnya kelihatan, suatu penghinaan bagi Mesir.
5. Maka orang akan terkejut dan malu karena Etiopia, pokok pengharapan mereka, dan karena Mesir, kebanggaan mereka.
6. Dan penduduk tanah pesisir ini akan berkata pada waktu itu: Lihat, beginilah nasib orang-orang yang kami harapkan, kepada siapa kami melarikan diri minta pertolongan supaya diselamatkan dari raja Asyur. Bagaimana mungkin kami terluput?"

(Invasi Babel)

Pada tahun 710 SM, Sargon II menyerahkan pengawasan pembangunan Dur-Sharrukin kepada anaknya Sanherib/Sennacherib dan ia mengeksekusi rencana baru dalam menyerang Babel. Ia membagi tentaranya menjadi 2 bagian: yang ke-1 menuju Elam, yang kini memiliki raja baru yakni Shutur-Nahhunte II, hal ini untuk mencegah Elam memberi bantuan kepada Marduk-apla-iddina/Merodach Baladan; pasukan ke-2 dipimpin oleh Sargon II sendiri menuju Babel.

Marduk-apla-iddina II melarikan diri dengan harta benda kerajaan. Dan ketika Sargon II, memasuki kota Babel, ia mengklaim itu adalah atas permintaan para imam dan pejabat Babel. Rakyat Babel menyambutnya dan ia lalu mengklaim sebagai raja Babel pada tahun 710 SM, hal ini mengembalikan dual-monarki Babel dan Ashur, yang sempat terlepas 10 tahun silam. Ia tinggal di Babel selama 3 tahun.

Menurut catatan Sargon II, Marduk-apla-iddina II menyerahkan harta Babel kepada raja Elam, sebagai uang perlindungan, namun raja Elam melarang dirinya memasuki kota ini, dan Marduk-apla-iddina II lalu berdiam di kota kelahirannya, di Bit-Yakin, di teluk Persia. Disana ia memperkuat tembok kota, dan menggali kanal mengelilingi kota, lalu membanjirinya dengan aliran sungai Efrat.

Pada tahun 709 SM, Sargon II, lalu menyerang Bit-Yakin, walau berhasil menghancurkan kota sekitar, namun ia gagal menaklukkan kota Bit-Yakin. Terjadi kesepakatan antara Sargon II dan Marduk-apla-iddina II, yakni pengampunan ataas nyawa Marduk-apla-iddina II, namun tembok kota harus ditanggalkan. Tidak jelas apa yang terjadi setelah itu, namun 2 tahun kemudian Sargon II harus kembali ke kota ini untuk menghancurkan tembok kota.

Tindakan Sargon II ini ternyata akan memberi efek negatif bagi Ashur, karena kepala suku Kasdim ini, nantinya akan menimbulkan masalah serius bagi anak Sargon II, yakni Sanherib/Sennacherib. Sargon II lalu menikahkan anaknya Sanherib, sang putra mahkota,  kepada wanita bangsawan suku Aram yang bernama Naqi'a, untuk mengamankan suku Aram, Kasdim, Suti/Sutean di wilayah ini.

(Masa akhir Sargon II)

Pada tahun 710 SM, 7 raja Yunani mengakui kedaulatan Ashur; dan pada tahun 709 SM, raja Midas dari Phrygia (yang terkenal dengan sentuhan emas) mendatangi Sargon II di Babel untuk memberi hadiah.

Pada tahun 707 SM, pembangunan ibu kota baru Ashur, yakni Dur-Sharrukin selesai, ia lalu meninggalkan Babel dan tinggal di istana Dur-Sharrukin pada tahun 706 SM. Di kota ini ia menuliskan berbagai penaklukannya, dan relief di kota ini menggambarkan keagunan dirinya. Sebagian kota ini di huni oleh para tawanan perang dan orang-orang buangan, yang telah terbukti loyalitas mereka dalam  menghormati raja dan para dewa Ashur.

Istana Dur-Sharrukin

Namun ia tidak lama menikmati sisa hidupnya di istana ini. Pada tahun 705 SM, Sargon II memimpin satu ekspedisi terakhir di wilayah Anatolia, untuk menundukkan bangsa Tabal yang menyatakan diri merdeka dari Ashur 7 tahun silam (712 SM). Alih-alih mengirim orang lain untuk menangani ekspedisi ini, Sargon II kembali menyuruh Sanherib bertanggung jawab atas administrasi kekaisaran. Bangsa Tabal melakukan perlawanan sengit terhadap kekuatan Ashur, dan Sargon II terbunuh dalam medan perang, serta  mayatnya tidak dapat diselamatkan oleh para tentara Ashur. Ashur berhasil dipukul mundur dari medan perang dan pulang tanpa raja mereka.

Bersambung Part IV
(Index) Time Line Sejarah Kerajaan Di Mesopotamia 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apakah Abraham Berasal Dari Ur atau Haran?

Abraham berasal dari kota Haran dan bukan dari kota Ur-Kasdim, ya itulah pendapat beberapa para ahli biblikal moderen, mengapa mereka berpen...